DESAIN EKSPERIMEN
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Penelitian
Pendidikan Sekolah Dasar I
Oleh
:
1.
Komilasari (1401411502)
2.
Husnun Nisa’ (1401411537)
3.
Desy Tri Widiastuti (1401411552)
4.
Arif Tri Handoko (1401411562)
5.
Yustiar Budiardhiana (1401411596)
6.
Nur Atikoh (1401411603)
5E
Dosen Pengampu :Moh.
Fathurrahman, S.Pd. M.Sn
PGSD UPP TEGAL
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Desain
penelitian adalah rencana atau strategi yang digunakan untuk menjawab masalah
penelitian (Christensen, 2001).Desain atau perencanaan diperlukan sebelum kita
melakukan atau membuat sesuatu agar hasilnya sesuai dengan keinginan atau yang
diharapkan. Desain penelitian eksperimental semua proses yang diperlukan dalam
merencanakan dan melaksanakan suatu eksperimen. Desain eksperimen sering
ditafsirkan secara sempit, yaitu sebagai suatu proses merencanakan eksperimen,
sehingga hasil yang diperoleh dapat memecahkan masalah secara mantap. Desain
eksperimen itu mencakup perencanaan dan langkah-langkah yang berurutan dan
menyeluruh, serta cara pelaksanaan
eksperimennya. Dengan demikian peneliti dapatmenganalisis data secara objektif
dan dapat digunakan untuk mengadakan suatu inteferensi yang valid berkenaan
dengan masalah yang sedang diselidiki.
Makalah
ini memperkenalkan desain eksperimen
yang merupakan salah satu metode statistik yg digunakan sebagai salah satu alat
untuk meningkatkan dan melakukan perbaikan kualitas. Perubahan-perubahan
terhadap variabel suatu proses atau sistem di harapkan akan memberi hasil
(respon) yang optimal dan cukup memuaskan.
Desain
eksperimen berperan penting dalam mengembangkan proses dan dapat digunakan
untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam proses agar kinerja proses
meningkat. Desain eksperimen dapat didefinisikan sebagai suatu uji dengan
mengubah-ubah variabel input (faktor) suatu proses sehingga bisa diketahui
penyebab perubahan outpu (respon).
Desain
eksperimen berguna untuk memperoleh suatu keterangan yang maksimal mengenai
proses perencanaan dan pelaksanaan eksperimen yang akan dilakukan. Dengan
desain ittu, peneliti dan orang lain dapat memahami bagaimana suatu eksperimen
itu disusundan dilakukan, dan kita dapat mengulangi dan mengevaluasi proses
eksperimen tersebut.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah
pengertian dari desain eksperimen?
2. Apa
saja bentuk-bentuk desain eksperimen?
3. Bagaimana
rancangan bentuk-bentuk desain eksperimen?
4. Apa
saja jenis-jenis desain eksperimen?
C.
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam
makalah ini yaitu:
1. Untuk
mengetahui pengertian desain eksperimen.
2. Untuk
mengetahui bentuk-bentuk desain eksperimen.
3. Untuk
mengetahui rancangan bentuk-bentuk desain eksperimen.
4. Untuk
mengetahui jenis-jenis desain eksperimen.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Desain Eksperimen
Desain
eksperimen adalah suatu rancangan percobaan dengan setiap langkah tindakan yang
terdefinisikan, sehingga informasi yang berhubungan dengan atau diperlukan
untuk persoalan yang akan diteliti dapat dikumpulkan secara faktual. Dengan
kata lain, desain sebuah eksperimen merupakan langka-langkah lengkap yang perlu
diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar data yang semestinya diperlukan
dapat diperoleh sehingga akan membawa ke analisis obyektif dan kesimpulan yang
berlaku dan tepat menjawab persoalan yang dibahas.
Ciri-ciri experimental design
1)
Menurut
pengaturan variabel-variabel dan kondisi-kondisi eksperimental secara
tertib-ketat, baik dengan control atau manipulasi langsung maupun randomisasi
(pengaturan secara rambang).
2)
Secara khusus
menggunakan kelompok control sebagai “garis dasar” untuk dibandingkan dengan
kelompok (kelompok-kelompok) yang dikenal perlakuan eksperimental.
3)
Memusatkan usaha
pada pengontrolan varians :
-
Untuk
memaksimalkan varians variabel (variabel-variabel) yang berkaitan dengan
hipotesis penelitian.
-
Untuk
meminimalkan varians variabel pengganggu atau yang tidak diinginkan yang
mungkin mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi yang tidak menjadi tujuan
penelitian.
-
Untuk
meminimalkan varians kekeliruan atau varians rambang, termasuk apa yang disebut
kekeliruan pengukuran.
-
Internal validity adalahsine
qua non untuk rancangan ini dan
merupakan tujuan pertama metode eksperimental.
-
Tujuan kedua
metode eksperimental adalah : external
validity yang menanyakan persoalan :
seberapa representatifkah penemuan-penemuan penelitian ini dan seberapa
jauh hasil-hasilnya dapat digeneralisasikan kepada subyek-subyek yang semacam.
-
Dalam rancangan
eksperimental yang klasik, semua variabel yang penting diusahakan agar konstan
kecuali variabel perlakuan yang secara sengaja dimaipulasikan atau dibiarkan
bervariasi. Kemajuan-kemajuan dalam metodologi, misalnya rancangan factorial
dan analisis varians yang memungkinkan penelitian untuk memani[ulasi atau
membiarkan bervariasi lebih dari satu variabel, dan sekaligus menggunakan lebih
dari satu kelompok eksperimental. Hal-hal yang demikian itu memungkinkan untuk
secara serempak menentukan efek variabel bebas utam (perlakuan), variasi yang
berkaitan dengan variabel yang digunakan untuk membuat klasifikasi dan
interaksi antara kombinasi variabel bebas dan/atau variabel yang digunakan untuk
membuat klasifikasi tertentu.
-
Walaupun cara
pendekatan eksperimental itu adalah yang paling kuat karena cara ini
memungkinkan untuk mengontrol variabel-variabel yang relevan, namun cara ini
juga paling restriktif dan dibuat-buat (artificial).
Ciri inilah yang merupakan kelemahan utama kalau metode ini dikenakan kepada
manusia dalam dunianya, karena manusia sering berbuat lain apabila tingkah
lakunya dibatasi artificial, dimanipulasikan atau diobservasi secara sistematis
atau dievaluasi.
B.
Bentuk-bentuk
dan Rancangan Desain Eksperimen
1.
Pre-eksperimen
Dikatakan
pre-eksperimen karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh.
Hal ini disebabkan karena masih ada variabel luar yang ikut beerpengaruh
teradap terbentuknya variabel terikat( dependen).Jadi hasil eksperimen yang
merupakan variabel terikat (dependen) itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh
variabel bebas (independen). Hal ini bisa saja terjadi karena tidak adanya
variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara acak (random).
a.
Bentuk
pra-experimental designs antara lain:
1) One-
shot case study (Studi Kasus Satu Tembakan)
Jenis ini dimaksudkan untuk menunjukkan
kekuatan pengukuran dan nilai ilmiah suatu desain penelitian.Adapun bagan dari
one-shot case study adalah sebagai berikut:
|
Dengan :X = treatment yang diberikan (variabel independen)
O = Oservasi
(variable dependen )
Bagan tersebut dapat dibaca sebagai berikut:
terdapat suatu kelompok yang diberi perlakuan/treatment, dan selanjutnya
diobservasi hasilnya.
Contoh:
Pengaruh latihan baru diklat (X)
terhadap produktivitas kerja karyawan (O).
2) One
Group Pretest-Posttest Design (Satu Kelompok Prates-Postes)
Jenis ini terdapat pretest sebelum diberi
perlakuan.Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena
dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Bagannya sebagai
berikut :
|
Dengan :O1 : nilai pretest ( sebelum diberi perlakuan)
O2 :
nilai possttetst (setelah diberi
perlakuan)
Pengaruh sebelum dan
sesuadah treatment = (O2- O1)
Desain ini mempunyai beberapa kelemahan, karena akan
menghasilkan beberapa ukuran perbandingan. Kelemahan tersebut antara lain
disebabkan oleh faktor historis (tidak menghasilkan perbedaan O1 dan O2),
maturitation (subjek penelitian dapat mengalami kelelahan, kebosanan, atau
kelaparan dan kadang enggan menjawab jika dinilai tidak sesuai dengan nilai
yang berlaku), serta pembuatan instrument penelitian. Kejelekannya yang paling
fatal adalah tidak akan menghasilkan apapun.
3) Static
group comparison (Perbandingan Kelompok Statis)
Desain ini berupaya melengkapi kekurangan kelompok
control, tetapi gagal dalam hubungan memperlihatkan bahwa suatu perubahan telah
muncul. Penelitian jenis ini menggunakan satu group yang dibagi menjadi dua,
yang satu memperoleh stimulus eksperimen (yang diberi perlakuan) dan yang lain
tidakmendapatkan stimulus apapun sebagai alat kontrol. Masalah yang akan muncul
dalam desain ini adalah meyangkut resiko penyeleksian terhadap subjek yang akan
diteliti. Oleh karena itu, grup tersebut harus dipilih secara acak.Adapun bagan
desain penelitian ini adalah sebagai berikut.
|
Dengan :
O1 :
hasil pengukuran satu grup yang diberi perlakuan,
O2 :
hasil pengukuran satu grup yang tidak diberi perlakuan.
Pengaruh perlakuan: O1
– O2.
Ketiga bentuk desain preexperiment itu jika
diterapkan untuk penelitian akan banyak variabel luar masih berpengaruh dan
sulit dikontrol, sehingga validitas internal penelitian menjadi rendah.
b.
Rancangan
Pra Eksperimen
1)
Postes Only Design
Dalam
rancangan ini perlakuan/intervensi telah dilakukan (X) kemudian dilakukan
pengukuran (observasi) atau postes (02).Rancangan ini disebut “The One Shot
Case Study”.Hasil observasi (02) ini hanya memberikan informasi yang bersifat
deskriptif. Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
eksperimen postes
Dalam rancangan ini sama sekali tidak ada kontrol
dan internal validitas. Sifatnya yang cepat dan mudah menyebabkan rancangan ini
sering digunakan untuk meneliti suatu program yang inovatif.
Rancangan ini memiliki keuntungan antaralain dapat
digunakan untuk menjajagi masalah – masalah yang diteliti atau mengembangkan
gagasan – gagasan atau metode- metode atau alat – alat tertentu.
2) Rancangan
“One Group Petest-Postest”
Rancangan
ini juga tidak ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling tidak sudah
dilakukan observasi pertama (pretes) yang memungkinkan peneliti dapat menguji
perubahan – perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen. Bentuk rancangan
ini adalah sebagai berikut:
Pretes perlakuan postes
Kelemahan
dari rancangan ini antara lain tidak ada jaminan bahkan perubahan yang terjadi
pada variable dependen karena intervensi atau perlakuan.
3)
Perbandingan Kelompok Statis ( Statistic
Group Comparison)
Rancangan
ini seperti sama seperti rancangan pertama, hanya bedanya menambahkan kelompok
kontrol atau kelompok pembanding. Kelompok eksperimen menerima perlakuan (X)
yang diikuti dengan pengukuran kedua atau observasi (02). Kemudian hasilnya di
bandingkan dengan hasil observasi pada kelompok kontrol, yang tidak menerima
intervensi.
Rancangan
ini dapat di ilustrasikan sebagai berikut:
Perlakuan postes
Kelompok Eksperimen
|
X 02
|
Kelompok kontrol
|
02
|
Dengan rancangan ini, beberapa factor pengganggu seperti history, maturation, testing, dan instrumentation, dapat dikontrol walaupun tidak dapat diperhitungkan efeknya.
2.
True Experimental Design ( eksperimen sebenarnya
)
Disebut sebagai true
experimental karena dalam desain
ini peneliti dapat mengontrolsemua variabel luar yang mempengaruhi
jalannya eksperimen. Dengan demikian, validitas internal (kualitas pelaksnaaan rancangan penelitian)
menjadi tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, tujuan dari true experiments
menurut Suryabrata (2011 : 88) adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling
hubungan sebab akibat dengan cara mengenakanperlakuan dan membandingkan
hasilnya dengan grup kontrol yang tidak diberi perlakuan. True experimental ini mempunyai ciri utama yaitu sampel yang
digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara
random dari populasi tertentu. Atau dengan kata lain dalam true experimentalpasti ada kelompok kontrol dan pengambilan sampel
secara random. Selanjutnya,
a.
Jenis penelitian yang termasuk dalam true
experimen desain
1)
Posttest-Only
Control Design
|
2) Pretest-Posttes Control Group
Design
Dalam desain ini terdapat dua grup yang
dipilih secara random kemudian diberipretest untuk mengetahui perbedaan keadaan
awal antara group eksperimen dangroup kontrol.Hasil pretest yang baik adalah
jika nilai group eksperimen tidakberbeda secara signifikan.
Bagan dari desain penelitian tersebut adalah
sebagai berikut.
|
Pengaruh perlakuan
adalah: (O2 - O1) - (O4 - O3).
b.
Rancangan – Rancangan Eksperimen Sungguhan
(True Experiment)
1) Rancangan
Pretes- Postes dengan Kelompok Kontrol (Pretest-Postest with Control Group)
Dalam
rancangan ini dilakukan randomisasi , artinya pengelompokan anggota –anggota
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan berdasarkan acak . kemudian dilakuakan pretes (01) pada kedua kelompok
tersebut, dan diikuti intervensi (X) pada kelompok eksperimen . setelah
beberapa waktu dilakukan postes (02) pada kedua kelompok tersebut . bentuk
rancangan ini sebagai berikut:
Pretes perlakuan postes
01
|
X
|
02
|
01
|
|
02
|
R(kelompok eksperimen)
R(kelompok kontrol)
Dengan randomisasi (R)
maka kedua kelompok mempunyai sifat yang sama sebelum dilakukan intervensi.
Karena keduakelompok sama pada awalnya, maka perbedaan hasil postes pada kedua
kelompok dapat disebut sebagai pengaruh dari intervensi .rancangan ini adalah
salah satu rancangan yang terkuat didalam mengontrol ancaman - ancaman terhadap
validitas.
Tetapi rancangan ini
sulit dilaksanakan di lapangan karena biasanya sulit melakukan randomisasi.
Disamping itu, dari segi etika atau aspek lain, sering tidak mungkin melakukan
intervensi pada kelompok yang satu dan tidak melakukan intervensi pada kelompok
yang lain.
Rancangan ini dapat
diperluas, denagn melibatkan lebih dari satu variable bebas. Rancangan ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
Pretes perlakuan postes
01
|
X (a)
|
02
|
01
|
X (b)
|
02
|
01
|
|
02
|
R (kel. eksperimen a)
R ( kel. eksperimen b)
R (kel. Kontrol)
Pada rancangan ini,
kesimpulan – kesimpulan mengenai efek perbedaan antara program (intervensi)
satu dengan lainnya dapat dicapai menggunakan
kelompok kontrol.
2) Rancangan
“ Randomized Salomon Four Group”
Rancangan ini dapat
mengatasi kelemahan eksternal validitas yang ada pada rancangan randomized
kontrol group pretes-postes. Apabila pretes mungkin mempengaruhi subjek
sehingga mereka menjadi lebih sensitif terhadap perlakuan (X) dan mereka
bereaksi secara berbeda dari subjek yang tidak mengalami pretes, maka eksternal
validitas terganggu, dan kita dapat membuat generalisasi dari penelitian itu
untuk populasi. Rancangan salomon dapat
mengatasi masalah ini dengan menambah kelompok ke-3 (dengan perlakuan tanpa
tes) dan ke-4 (tanpa perlakuan, tanpa tes). Bentuk rancanganini adalah sebagai
berikut:
Pretes perlakuan postes
01
|
X
|
02
|
01
|
|
02
|
|
X
|
02
|
|
|
02
|
R (kel.eksperimen
R ( kel. kontrol)
R (kel. Kontrol)
R (kel. kontrol)
3) Rancangan
postes dengan kelompok kontrol (posttest only Kontrol Group Design)
Rancangan ini juga
merupakan eksperimen sungguhan dan hampir sama dengan rancangan yang telah
dibicarakan didepan, hanya bedanya tidak diadakan pretes. Karena kasus kasus
telah di randomisasi baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
Kelompok- kelompok tersebut dianggap sama sebelum dilakukan perlakauan .bentuk
rancangan ini adalah sebagai berikut:
Perlakuan postes
X
|
02
|
|
02
|
R
(kel. eksperimen )
R ( kel. kontrol)
Dengan rancangan ini,
peneliti mengukur pengaruh perlakuan
pada kelompok eksperimen dengan cara membandingkan kelompok tersebut
dengan kelompok kontrol. Tetapi rancangan ini tidak memungkinkan peneliti untuk
mementukan sejauhmana perubahan itu terjadi , sebab pretes tidak dilakukan
untuk mementukan data awal.
3.
Factorial
Design
Desain
ini merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu dengan memperhatikan
kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruh perlakuan terhadap
hasil. Semua grup dipilih secara random kemudian diberi pretest.Grup yang akan
digunakan untuk penelitian dinyatakan baik jika setiap kelompok memperoleh
nilai pretest yang sama.
Bagan penelitian ini :
R
|
O1
|
X
|
Y1
|
O2
|
R
|
O3
|
Y1
|
O4
|
|
R
|
O5
|
X
|
Y2
|
O6
|
R
|
O7
|
Y2
|
O8
|
Pada desain ini
semua kelompok dipilih secara random,kemudian masing-masing diberi
pretest. Kelompok untuk penelitian dinyatakan baik bila setiap kelompok
nilai pretestnya sama. Jadi O1=O3=O5=O7.Dalam
hal ini variabel moderatornya adalah Y1 dan Y2.
Contoh :
Dilakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh prosedur kerja baru terhadap kepuasan pelayanan pada
masyarakat.Untu itu dipilih empat kelompok secara random. Variable moderatornya
adlah jenis kelamin, yaitu laki-laki ( Y1) dan peremouan ( Y2).
Treatment
/ perlakuan (prosedur kerja baru) dicobakan pada kelmpok ksperimen pertama yang
telah diberi pretest (O1 = kelompok laki-laki) dan kelompok
eksperimen ke dua yang telah diberi pretest ( O5 = kelompok
perempuan). Pengaruh perlakuan (X) terhadap kepuasan pelayanan untuk kelompok
laki-laki= ( O2 – O1 ) – ( O4 – O3).
Pengaruh perlakuan (prisedur kerja baru ) terhadap nilai penjualan barang untuk
kelompok perempuan = ( O6 – O5) – (O8– O7).
Tujuan
dari desain ini adalah untuk menentukan apakah efek suatu variabel
eksperimental dapat digeneralisasikan lewat semua level dari suatu variabel
kontrol atau apakah efek suatu variabel eksperimen tersebut khusus untuk level
khusus dari variabel kontrol, selain itu juga dapat digunakan untuk menunjukkan
hubungan yang tidak dapat dilakukan oleh desain eksperimental variabel tunggal.
4.
Quasi
Experimental Design
Quasiexperiments disebut juga dengan
eksperimen pura-pura.Bentuk desain eksperimen ini merupakan
pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan.Desain ini mempunyai variabel kontrol tetapi
tidak digunakan sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen.Desain digunakan jika peneliti dapat melakukan kontrol
atas berbagai variabel yang berpengaruh, tetapi tidak cukup untuk melakukan
eksperimen yang sesungguhnya.Dalam eksperimen ini, jika menggunakan random
tidak diperhatikan aspek kesetaraan maupun grup kontrol.
a.
Bentuk-bentuk quasiexperiments antara lain:
1)
Time Series Design
Ciri desain ini
adalah grup yang digunakan tidak dapat dipilih secara random.Sebelum diberi perlakuan, grup diberi pretest
sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan
keadaan grup sebelum diberi perlakuan.Jika hasil pretest selama empat kali
ternyata nilainya berbeda-beda, berarti grup tersebut dalam kondisi tidak
stabil dan tidak konsisten. Setelah kondisi tidak labil maka perlakuan dapat
mulai diberikan.
O1 O2 O3 O4
X O5 O6 O7 O8
|
2)
Nonequivalent Control
Group Design
Desain ini hampir
sama dengan pretest-posttest control group design, tetapi pada desain ini group
eksperimen maupun group kontrol tidak dipilih secara random.
|
Contoh:
Dilakukan penelitian untuk mencari pengaruh
perlakuan senam pagi terhadap derajat kesehatan karyawan.Desain penelitian
dipilih satu kelompok karyawan.Selanjutnya dari kelompok tersebut yang setengah
diberi perlakuan senam pagi setiap hari dan yang setengah lagi tidak.O1 dan O3
merupakan derajat kesehatan karyawan sebelum ada perlakuan senam pagi.O2 adalah
derajat kesehatan karyawan setelah senam pagi selama satu tahun, O4 adalah
derajat karyawan yang tidak diberi perlakuan senam pagi.Pengaruh senam pagi
terhadap derajat kesehatan karyawan adalah (O2-O1)-(O4-O3).
b.
Rancangan-Rancangan Eksperimen Semu (Quasi
Experiment)
Penelitian lapangan pada umumnya tidak
menggunakan rancangan eksperimen sungguhan.Untuk penelitian lapangan biasanya
menggunakan rancangan eksperimen semu (quasi experiment). Desain ini tidak
mempunyaipembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan pada saat yang sama
dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas. Disebut eksperimen semu karena
eksperimen ini belum atau tidak memiliki ciri-ciri rancangan eksperimen yang
sebenarnya karena variable-variabel yang seharusnya dikontrol atau
dimanipulasi.Oleh sebab itu validitas penelitian menjadi kurang cukup untuk
disebut sebagai eksperimen yang sebenarnya. Rancangan-rancangan yang tergolong
ke dalam kelompok ini antara lain sebagai berikut :
1)
Rancangan
rangkaian waktu ( time series design)
Rancangan
ini seperti pre-test, postest, kecuali mempunyai keuntungan dengan melakukan
observasi (pengukuran yang berulang-ulang), sebelum dan sesudah perlakuan.
Untuk rancangan ini adalah sebagai berikut:
|
2) Rancangan rangkaian waktu dengan kelompok pembanding (
control time series design)
Rancangan ini adalah rancangan rangkaian waktu, dengan
kelompok pembanding (control ).
Rancangan ini lebih memungkinkan adanya control terhadap validitas internal,
sehingga keuntungan dari rancangan ini lebih menjamin adanya validitas internal
yang tinggi. Bentuk rancangan tersebut adalah:
|
Kelas
eksperimen
Kelas
Kontrol
3) Rancangan ( Non-Equivalent Control
Grup )
Dalam
penelitian lapangan, biasanya lebih dimungkinkan untuk membandingkan hasil
interpensi program kesehatan di suatu control yang serupa, tetapi tidak perlu
kelompok yang benar-benar sama misalnya kita akan melakukan studi tentang
Pengaruh Pemberian Tablet Besi Terhadap Prestasi Belajar kelompok yang kan
diberikan tablet Fe, tidak mungkin sama betul dengan kelompok yang tidak akan
diberika Fe ( kelompok control ). Bentuk rancangan ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
|
Kelas
eksperimen
Kelas
Kontrol
Rancangan non-equivalent
control group ini sangat baik digunakan untuk evaluasi program pendidikan
kesehatan atau pelatihan-pelatihan lainnya. Di samping itu rancangan ini juga
baik untuk membandingkan hasil intervensi program kesehatan di suatu kecamatan
atau desa, dengan kecamatan atau desa lainnya.Dalam rancangan ini pengelompokan
anggota sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan
secara random atau acak. Oleh sebab itu rancangan ini sering disebut juga “non-randomized control group pretest-postest
design”.
4) Rancangan “separate sample
pretest-postest”
Rancangan
ini sering digunakan dalam penelitian-penelitian kesehatan dan keluarga
berencana, pengukuran pertama (pretest) dilakukan terhadap sample yang dipilih
secara acak dari populasi tertentu.Kemudian dilakukan intervensi atau program
pada seluruh populasi tersebut. Selanjutnya dilakukan pengukuran kedua
(posttest) pada kelompok sampel lain, yang dipilih secara acak (random) dari
populasi yang sama. Rancangan ini sangat baik untuk menghindari pengaruh atau
efek dari “test”, meskipun tidak dapat mengontrol “sejarah”, “maturitas”.
Rancangan ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:
|
R (Kelas
eksperimen)
R (Kelas
Kontrol)
C.
Jenis-jenis
Desain Eksperimen
Dalam
penelitian eksperimen kita tidak terkonsentrasi pada satu jenis desain/ pola
eksperimen saja.Ada tiga desain yang disajikan, guru dapat memilih alternative
mana yang paling tepat untuk mencoba suatu tindakan tertentu bilamana kondisi
siawa/kelas/sekolah mengalami masalah.Setiap pola/desain eksperimen mempunyai
kelemahan dan kebaikannya, namun peneliti harus mampu memilih desain eksperimen
yang dapat dilaksanakan dan paling minim mengandung resiko kelemahan.
Sebenarnya lebih dari 8 (delapan) desain eksperimen yang dapat kita pelajari,
namun berikut ini hanya disampaikan beberapa desain eksperimen yang sering
digunakan guru dalam memperbaiki hasil belajar siswa, yaitu:
1.
Treatment
by Levels Designs.
Desain
ini memberikan dasar-dasar pengamatan stratifikasi yang lebih baik.Kita sadari
bahwa pada setiap kelompok/kelas selalu dijumpai adanya siswa yang masuk
kelompok tinggi dan rendah, ada siswa-siswa yang pandai dan kurang pandai, maka
melalui desain ini stratifikasi itu perlu mendapat perhatian dalam menentukan
kelompok kontrol dan eksperimen.Kondisi semacam ini dalam pelaksanaan suatu
eksperimen perlu diperhatikan agar tidak banyak mengganggu hasil akhir
eksperimen.
Untuk itu, dalam persiapan eksperimen, peneliti harus menentukan dua kelompok yang di dalamnya terdistribusi siswa yang berkemampuan yang seimbang.Walupun demikian bukan berarti bahwa desain ini sudah terbebas dari kesesatan, masih juga dapat terjadi bilamana tidak memperhatikan pelaksana/guru pelaku tindakan baik di kelompok eksperimen atau di kelompok kontrol.Pengulangan juga terjadi kalau tidak diperhatikan kemungkinan pengulangan metode pada kedua kelompok itu. Di samping itu, juga perlu diperhatikan variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap hasil eksperimen, maka persiapan perlu dilakukan sebaik-baiknya.
Untuk itu, dalam persiapan eksperimen, peneliti harus menentukan dua kelompok yang di dalamnya terdistribusi siswa yang berkemampuan yang seimbang.Walupun demikian bukan berarti bahwa desain ini sudah terbebas dari kesesatan, masih juga dapat terjadi bilamana tidak memperhatikan pelaksana/guru pelaku tindakan baik di kelompok eksperimen atau di kelompok kontrol.Pengulangan juga terjadi kalau tidak diperhatikan kemungkinan pengulangan metode pada kedua kelompok itu. Di samping itu, juga perlu diperhatikan variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap hasil eksperimen, maka persiapan perlu dilakukan sebaik-baiknya.
2.
Treatment
by Matched Group Designs
Desain
eksperimen ini merupakan desain yang paling banyak digunakan para guru dalam
menguji keampuhan suatu metode pembelajaran dibandingkan metode lain. Data
untuk persiapan dengan desain eksperimen ini dapat diperoleh dari dokumen atau
memberikan pretest kepada siswa yang akan dijadikan subyek penelitian.
Persoalan pokok yang perlu dipikirkan lebih awal pada matching group adalah
faktor-faktor yang harus diseimbangkan agar kelompok-kelompok yang mengikuti
eksperimen dapat berjalan pada kondisi eksperimental tanpa dipengaruhi faktor
ekstrane.Prinsipnya semua faktor yang dipandang dapat mempengaruhi/mengotori
pengaruh tindakan/ treatment harus di-matched/ dijodohkan sebelum tindakan atau
eksperimen dilakukan. Misalnya prestasi belajar dan kecerdasan /inteligensi
dipandang akan berpengaruh pada hasil eksperimen, maka kedua faktor itu harus
di-matched.
Cara
melakukan matching dapat dilakukan dengan menguji perbedaan kelompok-kelompok
yang dicoba akan menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan
analisis t-test. Bilamana ada perbedaan antara kedua kelompok itu eksperimen
tidak dapat diteruskan, berarti kedua kelompok itu harus menunjukkan adanya
kesamaan.
3.
Matched
Subjects Designs
Desain
ini berlandaskan pada adanya matched subjects pada dua kelompok yang
dipersiapkan untuk eksperimen. Pada matched groups, yang dipakai dasar adalah
menjodohkan kedua kelompok itu dengan perhitungan seluruh subyek yang ada pada
tiap kelompok, sedang matched subjects yang dijodohkan tiap-tiap subyek pada
kelompok yang satu dengan subyek pada kelompok yang lain. Pada matched subjects
dapat dijodohkan dengan sistem: a) nominal pairing, b) ordinal pairing, atau c)
combined pairing. Pada Nominal pairing yang dipasang-pasangkan seperti jenis
kelamin, jenis pekerjaan orang tua, sedang ordinal pairing yang
dipasang-pasangkan adalah intelegensi, prestasi belajar, atau tingkat
pendidikan. Sedangkan pada combined pairing, yang dipasang-pasangkan adalah
kombinasi antara nominal dan ordinal pairing. Pada pelaksanaannya sangat
tergantung pada pelaku eksperimen, sistem apa yang akan dipakai.
Desain
ini mempunyai kepekaan (sensitivitas) yang lebih tinggi dibandingkan dengan
desain lainnya dalam mendeteksi perbedaan pengaruh tindakan/treatment, apalagi
kalau mampu memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mencemari hasil
eksperimen.
4.
Simple
randomized designs
Kelompok eksperimen dan
kelompok pembanding diambil secara random dari suatu populasi atau sub sub
populasi. Bilamana peneliti menggunakan desain ini dalam menyimpulkan harus
hati – hati, apalagi kalau hasil eksperimen ini akan di generalisasikan ke
daerah yang kebih luas.
5.
Treatments
by subjects designs
Pada
desain ini kelompok eksperimen dan kelompok pembanding adalah satu kelompok,sehingga
sering disebut One Group/ Same Group Experiment. Karena kelompok eksperimen
juga kelompok pembanding maka dapat disebut self control experiment. Dengan
desain ini peneliti akan mampu meniadaakan perbedaan antara subyek dan dapat
mengetahui pengaruh perlakuan terhadap subyek demi subyek.
Kelemahan
yang terjadi pada desain ini antara lain :
a. Eksperimen
I kerap kali mempengaruhi hasil eksperimen pada periode berikutnya carry-over
effect.
b. Perlu
adanya dua macam tes penilai untuk menghindari practice effect, tes yang sama
diberikan secara berurutan .
6.
Random
raplications designs
Pada
desain ini subyek ditugaskan secara random ke subgroup-subgroup eksperimen dan
subgroup-subgroup pembanding. Untuk setiap sub goup ditentukan secara random.
Hasil eksperimen bidang umpannya akan di generalisasikan kesekolah-sekolah yang lebih luas, maka untuk
menghindari adanya kesesatan perlu populasinya diperluas dengan menggunakan
beberapa sekolah.penugasan terhadap subyek penelitian ditugaskan secara random guru yang ditugasi sebagai
pelaksana.
7.
Faktorial
Designs
Desain
factorial ini menyediakan kemungkinan bagi peneliti untuk perlakuan sekalius
dua jenis varibel eksperimen atau lebih. Desaign ini dapat digunakan untuk
mengetahui pengruh factor yang berbeda – beda. Eksperimen untuk mengetahui
pengaruh pupuk ( A dan B), yang diadakan pada kondisi/ jenis tanah yang berbeda
dalam peningkatan produksi kentang. Mungkinakan diperoleh kesimpulan bahwa
pupuk A dan B tidak ada perbedaan pengaruhnya terhadap tanah P dan , atau
sebaliknya mungkin keduanya sama-sama efektifnya. Dengan desain eksperimen ini
juga dapat diketahui interaksi antara jenis pupuk terhadap jenis tanah dalam
usaha meningkatkan produksi jenis tanaman tertentu.Dengan demikian pada desain
ini peneliti dapat menguji main effects, simple effects, dan interaction
effectsnya.
8.
Groups-Within-Treatments
Design
Desain
ini dimungkinkan untuk mengatasin adanya pengaruh variable eksperimen, sehingga
perlu dilakuan secara terpisah. Desain ini disediakan untuk tujuan mendapatkan
generalisasi tentang populasi yang terdiri dari sejumlah besar sub populasi,
sedangkan untuk mencapai tujuan itu tidak mungkin mengadakan replikasi pada
tiap-tiap sub populasi yang dipilih secara random, seperti pada pola Random
Repliction Design.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Metode
penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan. Metode penelitian eksperimen memiliki karakteristik diantaranya
adalah variabel-veniabel penelitian dan kondisi eksperimental diatur secara
tertib ketat (rigorous management), baik dengan menetapkan kontrol,
memanipulasi langsung, maupun random (rambang).Adanya kelompok kontrol sebagai
data dasar (base line) untuk dibandingkan dengan kelompok eksperimental. Bentuk
desain metode penelitian experimen adalah Pre Experimental, One Shot Case
Study, One Group Pretest-Postest, Intec-Group Comparation, True Experimental,
Posttest only Control Design, Pretest Control Group Design, Factorial
Experimental, Quasi Experimental, Time Series Design, Nonequivalent Control
group Design.
B.
Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan, diantaranya adalah minimnya contoh-contoh penelitian
khususnya penelitian di bidang pendidikan.Oleh karena itu, saran penulis kepada
para pembaca yang ingin mengembangkan makalah ini adalah diharapkan menambah
beberapa contoh permasalahan penelitian yang menggunakan desain metode
penelitian eksperimen, sehingga memberikan gambaran secara lebih lengkap dan
nyata tentang metode penelitian eksperimen.
DAFTAR
PUSTAKA
Slameto.
2012. Penelitian dan Inovasi Pendidikan. Salatiga
: Widya Sari Press.
Sugiyono.
2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed
Methods). Yogykarta : Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar